Master Salam
Kecintaan
saya terhadap dunia spiritual bisa dibilang sudah sangat lama. Saya
lahir di salah satu daerah yang masih berada pada jalur pantura, yaitu
Jepara. Sebuah kota kecil dengan sebutan Kota Ukir yang masih
dikategorikan daerah yang cukup kental dengan ilmu supranatural. Ya,
lingkungan di mana saya dibesarkan merupakan salah satu daerah yang
masih lekat dengan ilmu ghaib, jin, teluh, pelet, santet, tenaga dalam,
dan beragam hal-hal mistis lainnya. Maka, tidak heran jika saya menjadi
tertarik akan dunia metafisika.
Saya
hidup dan dibesarkan di keluarga yang berpegang teguh pada ajaran
agama. Didikan orang tua dengan menanamkan nilai-nilai dan norma-norma
agama membuat saya ingin belajar lebih dalam tentang agama. Tidak hanya
ilmu agama secara kulitnya saja, tetapi juga lebih ditekankan pada
spiritual Islam. Dari situlah keinginan kuat saya untuk mendalami
tentang dunia Islam terutama spiritual keislaman. Untuk lebih
memperdalam lagi ilmu spiritul, saya belajar ke beberapa guru dan kyai
yang dapat mengajarkan ilmu hikmah. Maka dari itu, saya memperdalam
kajian ilmu di beberapa pondok pesantren.
Pada
prinsipnya, saya tertarik belajar ilmu hikmah, lebih khususnya pada
kajian penyembuhan. Keinginan saya untuk belajar akan hal itu karena
rasa prihatin terhadap orang-orang yang secara finansial tidak mampu
berobat ke rumah sakit, dokter, atau ahli medis lainnya yang nota bene
membutuhkan biaya yang sangat mahal. Sehingga mereka sulit untuk
memperoleh kesehatan. Dari situlah tergerak hati saya ada keinginan
untuk menolong sesama agar dapat meringankan beban mereka hingga
kesehatan yang layak pantas mereka miliki. Dan Alhamdulillah, berkat
keilmuan yang saya miliki, atas izin Allah, banyak orang yang terbantu
dan dapat sembuh dari berbagai penyakit yang mereka derita.
Perjalanan
saya untuk belajar ilmu hikmah tidak sampai di sini saja. Saat kuliah
di salah satu universitas negeri di Semarang, saya masih mendalami
keilmuan yang saya tekuni pada beberapa guru. Hingga suatu saat saya
bertemu dengan salah seorang teman lama yang ternyata dia juga tertarik
mempelajari ilmu supranatural. Lebih mengherankan lagi, dia juga suka
belajar tentang energi penyembuhan yaitu yang disebut dengan prana.
Dari
pertemuan itu, kami bercengkerama dan bertukar pengalaman tentang
keilmuan yang kami miliki. Sama halnya dengan saya, dia pun telah banyak
membantu orang dalam menyembuhkan penyakit dari yang ringan hingga
sampai penyakit yang kompleks. Bahkan, lebih hebatnya lagi, dia mampu
mengobati berbagai jenis penyakit. Mulai dari penyakit medis,
psikologis, sampai nonmedis.
Berdasarkan
cerita dan penuturan teman saya yang sangat menarik, akhirnya saya pun
berminat belajar prana. Atas rekomendasi teman, saya diminta untuk
menemui seorang guru di Yogyakarta, tempat di mana dia belajar prana
dulunya. Mulai dari situlah saya mendalami dan mengembangkan keilmuan
saya dengan penyembuhan prana.
Tidak
hanya belajar prana saja, tetapi saya juga belajar cabang ilmu
metafisika yang lain seperti reiki, yoga, aura, dan ilmu supranatural
lainnya. Meskipun tidak diajarkan secara mendalam, saya sendiri berupaya
untuk belajar mandiri. Saya tidak membatasi diri dalam belajar.
Bahkan
saya lebih bersifat terbuka terhadap bidang keilmuan metafisika lain.
Karena saya yakin bahwa sikap keterbukaan diri akan mengantarkan pada
pribadi yang lebih maju. Maka dari itu, saya mempunyai kemauan keras
untuk belajar dalam dunia metafisika lain agar keilmuan yang saya miliki
semakin bertambah dan berkembang. Untuk memperluas wawasan, saya tidak
hanya belajar hanya kepada satu guru, tetapi dari guru satu ke guru lain
sehingga pengetahuan yang saya dapatkan semakin jauh lebih luas. Selain
itu juga saya membaca berbagai referensi lain untuk memperluas
pengetahuan.
Ilmu
yang saya dapatkan kemudian saya aplikasikan kepada beberapa orang yang
sedang menderita sebuah penyakit tertentu. Di antaranya adalah penyakit
batuk, alergi, darah tinggi, asma, stroke, hingga penyakit parah
lainnya. Tidak disangka ternyata dengan energi prana yang telah saya
pelajari dapat memberikan dampak positif terhadap mereka, yakni mereka
bisa sembuh tanpa harus minum obat dari dokter. Padahal, semua itu
termasuk jenis penyakit medis yang seharusnya secara logika hanya dapat
disembuhkan dengan penanganan medis pula.
Tidak
puas dengan itu, lalu saya pun mencoba menyembuhkan penyakit nonmedis
seperti stres, depresi, fobia, dan sebagainya. Hasilnya cukup
menggembirakan. Mereka dapat sembuh tanpa harus lagi menderita penyakit
psikis yang selama ini menjadi beban mereka. Bahkan saya pun pernah
menangani orang yang sedang terkena guna-guna, misalnya santet, teluh,
sihir, pelet, dan sebagainya.
Awalnya
saya ragu apakah prana dapat menyembuhkan penyakit yang dikategorikan
sebagai penyakit ghaib itu. Namun, setelah saya coba, hasilnya bagus,
bahkan bisa dibilang sangat memuaskan. Orang yang terkena penyakit ghaib
pun bisa disembuhkan dengan energi prana. Di sini saya dapat
menyimpulkan bahwa prana merupakan sebuah energi metafisik yang dapat
disalurkan kepada seseorang sebagai penyembuh bahkan dapat digunakan
untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Mulai dari penyakit ringan,
sedang, bahkan berat sekalipun. Baik jenis penyakit medis, monmedis,
maupun psikis.
Saat
mengkaji mendalam tentang ilmu metafisika, saya bertemu dengan seorang
bernama Dian Wahyudi yang saat ini sangat familiar dengan sebutan Master
Wahyu. Ternyata beliau masih satu daerah tempat tinggal dengan saya,
yaitu Jepara. Meski dalam taraf usia kami bisa dikatakan sebaya, tetapi
dalam keilmuan bidang metafisika saya belajar lebih dulu daripada
beliau. Bisa dikatakan bahwa beliau merupakan adik seperguruan saya dan
sekaligus juga belajar kepada saya.
Meski
bisa dikategorikan sebagai junior, beliau merupakan orang yang cukup
berbakat. Dengan semangat belajarnya yang begitu tinggi, beliau belajar
dengan sangat baik dan bisa dengan cepat menguasai ilmu yang
dipelajarinya. Kemudian beliau pun belajar lebih mendalam lagi tentang
konsep penyembuhan dengan energi prana bersama dengan saya.
Ilmu
prana yang telah saya pelajari dan saya peroleh dari beberapa guru
sebenarnya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu melewati
berbagai tahap agar mampu menguasainya dengan baik hingga tingkat
sempurna. Dan sebagai bukti penguasaannya, seorang murid haruslah sudah
mampu mempraktikkan keilmuannya dan mengimplematiskan dalam kehidupan
secara nyata.
Karena
saya telah menempuh beberapa tahap yang cukup memberatkan akhirnya saya
dinyatakan berhasil dalam menguasai ilmu prana dengan baik. Bahkan
predikat sangat baik karena saya lebih cepat dalam belajar di banding
dengan teman yang lain. Selain itu, saya pun dapat menemukan beberapa
metode atau teknik baru dalam melakukan penyembuhan prana. Keberhasilan
itulah yang menjadikan saya mendapat gelar atau julukan dari guru saya
sendiri yaitu sebutan “Master”. Sehingga mulai saat itu saya dipanggil
dengan sebutan “Master Salam”.
Keberhasilan
dalam mengkaji tentang ilmu prana, tak lantas membuat saya berhenti
belajar. Justru saya semakin mendalami prana dengan melakukan berbagai
pengembangan. Bahkan, saya melakukan beberapa riset dengan beragam
kombinasi keilmuan lain yang telah saya miliki dengan harapan metode
penyembuhan yang saya lakukan dapat diterima secara praktis dan mudah
dilakukan. Alhasil, hasilnya pun bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak
orang.
Berdasarkan
beberapa pengalaman orang-orang yang telah saya tangani, mereka
merasakan kesembuhan luar biasa setelah saya lakukan pengobatan dengan
menggunakan prana. Bahkan sebagian dari mereka ingin belajar prana dari
saya. Saya pun sangat senang bisa berbagi ilmu dan pengalaman yang
telah saya miliki kepada mereka. Karena saya percaya ilmu yang
bermanfaat adalah ketika selalu diamalkan dan digunakan dalam hal
kebaikan. Harapan saya, orang-orang yang belajar prana dapat memberikan
manfaat pula dan dapat membantu orang-orang di luar sana yang memerlukan
pertolongan.
Suatu
kebanggaan tersendiri ketika ilmu yang saya bagikan dapat dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya oleh orang lain. Dengan mentransfer ilmu kepada
banyak orang, setidaknya berbagai persoalan kesehatan yang masih sering
menjadi kendala masyarakat Indonesia dapat terkurangi. Hal itulah yang
menjadi impian saya sehingga masyarakat Indonesia dapat terbebas dari
beragam persoalan kesehatan.